Post by redhot on Mar 27, 2011 9:36:07 GMT -5
Aspac Raih Kemenangan Sejarah
SEJARAH manis diukir Aspac Jakarta. Tim besutan Tjetjep Firmansyah itu mencatatkan diri sebagai tim yang meraih kemenangan perdana dalam era National Basketball League (NBL) Indonesia.
Sejarah itu memang tidak lepas dari keberuntungan. Tidak akan terjadi jika Aspac tak mendapatkan jatah melakoni laga pembuka melawan Bimasakti Malang. Namun, keberuntungan saja tidak akan berbuah sejarah manis jika mereka tidak bekerja keras. Aspac membukukan kemenangan 78-60 setelah berjuang mati-matian mengalahkan tuan rumah.
Melengkapi sukses Aspac yang meraih kemenangan perdana pada era NBL, forward mereka Vinton Nollad Surawi juga tercatatkan diri sebagai pendulang poin pertama di era liga pengganti Indonesian Basketball League (IBL) itu. Vinton membukukan poin bersejarah tersebut melalui free throw pada awal pertandingan melawan Bimasakti kemarin.
Small Forward Fandi Andika Ramadhani menjadi kunci kemenangan Aspac dengan mendulang 20 poin dan 3 rebound. Namun, peran Vinton juga tidak kalah penting.
Meski ’’hanya’’ mencetak 12 poin dan 7 rebound, pergerakannya mampu menyulitkan Bimasakti. Meski menang 18 poin, sebenarnya Aspac tidak mudah mengalahkan Bimasakti. Pada kuarter pertama misalnya, Bimasakti sempat unggul 21-14. Saat itu dua bintang Bimasakti Dimas Aryo Dewanto dan Bima Rizky Ardiansyah begitu produktif dengan kelebihan kecepatannya.
Dalam kondisi tertekan, Tjetjep sangat jeli dalam mengubah strategi timnya. Aspac berhasil mematikan pergerakan Dimas dan Bima dengan memasukkan bigman seperti Muhammad Isman Thoyib. Alhasil, di kuarter kedua hingga keempat Bimasakti terus tertinggal.
’’Inilah game. Di babak awal kami masih membaca permainan lawan. Setelah ketemu, kami bisa unggul. Saya rasa kualitas pemain kami di atas mereka,’’ jelas Tjetjep.
Di sisi lain, pelatih Bimasakti Eddy Santoso tetap memberikan apresiasi terhadap timnya meski gagal meraih kemenangan. Selain faktor skill individual tim lawan yang lebih baik, itu juga terjadi karena timnya kurang sabar. ’’Anak-anak sering kehilangan konsentrasi, terutama di lima menit akhir. Kekalahan itu patut disesali karena kami unggul duluan,’’ ulas Eddy. (nur/c4/ang)