Post by redhot on Mar 27, 2011 9:06:46 GMT -5
Minta Minimal Rp 800 Juta Sebulan
Bintang-Bintang Basket Aussie Menunggu Perpanjangan Kontrak NBA
Bagi anggota tim nasional Australia, bermain di NBA adalah mimpi jadi kenyataan. Kini, ada dua bintang muda tim itu yang berjuang mengejar perpanjangan kontrak. Berikut tulisan AZRUL ANANDA, wartawan Jawa Pos, Commissioner NBL Indonesia, dan direktur DBL Indonesia, yang baru kembali dari Perth.
Tim nasional Australia, berjulukan “Boomers,” termasuk salah satu tim paling disegani di dunia. Saat ini tim itu menempati ranking sembilan dunia. Awal pekan ini, saya dan Masany Audri (general manager PT Deteksi Basket Lintas Indonesia), dapat kesempatan mahal untuk bertemu dan mengikuti program latihan tim itu di Perth, Australia Barat.
Dalam seminggu terakhir, Boomers memang aktif latihan. Mereka bersiap mengikuti Kejuaraan Dunia Basket di Turki, Agustus mendatang. Di ujung latihan itu, mulai Jumat besok (25/6), mereka menjalani tiga laga ekshibisi melawan juara bertahan dunia Argentina.
Tiga laga bertajuk Australian Boomers World Challenge itu diselenggarakan di Perth (25/6), Melbourne (27/6), dan Adelaide (29/7).
Sayang, Boomers sedang tidak bisa diperkuat oleh pemain terbaik mereka. Andrew Bogut, center yang di NBA membela Milwaukee Bucks, kini sedang memulihkan diri dari cedera patah tangan.
Meski demikian, tim ini tetap tak boleh dipandang sebelah mata. Sebab, mereka masih punya dua bintang lain yang juga punya pengalaman di NBA. Dan mereka masih muda-muda, masih punya harapan jadi lebih hebat di masa mendatang.
Yaitu Patrick “Patty” Mills, 21, point guard yang musim 2009-2010 menjadi rookie bersama Portland Trail Blazers. Juga Nathan Jawai, 23, center 208 cm yang dalam tiga musim terakhir pernah berlaga bersama Toronto Raptors dan Minnesota Timberwolves (musim lalu). Keduanya juga tercatat dalam sejarah sebagai pemain indigenous (pribumi) Australia pertama yang sukses menembus NBA.
Begitu menjanjikannya tim ini, Larry Sengstock, CEO Basketball Australia (Perbasi-nya Negeri Kanguru), menyebut tim 2010 ini sebagai yang terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Di kejuaraan dunia nanti, Australia tetap punya ambisi memperbaiki peringkat, bahkan kalau bisa menembus lima besar.
Bagi Mills dan Jawai, bermain bersama Boomers juga memberi kesempatan untuk menunjukkan kelas kepada dunia. Plus mengingatkan orang-orang penting di NBA kalau mereka masih layak di liga tertinggi tersebut.
Sebab, menjelang masa negosiasi kontrak yang dimulai 1 Juli nanti, keduanya memang sama-sama menunggu kontrak baru di NBA. “Niatan saya terus bermain di NBA,” kata Mills, yang musim lalu bermain di 13 pertandingan, dan sempat mencetak 11 poin dalam 13 menit dalam salah satu laga penutup Trail Blazers.
Secara teknis, Trail Blazers punya hak lebih dulu memperpanjang Mills. Namun, perubahan manajemen dan susunan pelatih (banyak yang pindah setelah musim 2009-2010 berakhir) membuat situasi lebih kompleks. Kepada media di Aussie, Mills mengaku senang bisa membela Boomers, karena itu membantunya melupakan sejenak urusan kontrak.
Sementara itu, situasi Jawai sedikit lebih rumit. Di NBA, dia seperti bola ping-pong. Di-draft oleh Indiana Pacers pada 2008, dia langsung ditukar ke Toronto Raptors. Baru setahun dari dua tahun kontrak bareng Raptors, dia ditukar lagi ke Dallas Mavericks, lalu ke Timberwolves.
Selama di kedua tim itu, karena minute play (jatah bermain) terbatas, dia sempat beberapa kali “disekolahkan” ke NBA Developmental League, bermain untuk Idaho Stampede dan Sioux Falls Skyforce. Padahal, dia cukup mendapat perhatian ketika bermain di lapangan. Sehingga sempat dapat julukan “Aussie Shaq,” alias Shaquille O’Neal-nya Australia.
Di Timberwolves musim lalu, Jawai sempat dapat kesempatan emas. Dia bermain sampai 39 kali dari total 82 pertandingan. “Saya bahkan sempat jadi starter pada 20 game,” ucapnya pada harian ini.
Apes, cedera engkel serius mengakhiri musimnya. Saat bersama Boomers pun, dia belum bisa maksimal. Engkelnya masih lemah. Brett Brown, pelatih timnas Australia yang juga asisten pelatih di San Antonio Spurs, berencana membatasi minute play Jawai saat ekshibisi melawan Argentina. Bahkan hanya dua atau tiga menit di lapangan.
Jawai pun menunggu hingga 1 Juli nanti, apakah ada tim NBA yang mau mengontraknya. Karena pernah pegang kontrak multiyear, dia akan punya gaji besar bila melanjutkan karir. Musim lalu dia sudah digaji sekitar USD 740 ribu, atau sekitar Rp 7 miliar. Musim depan, aturan NBA menyebut gaji minimumnya di kisaran USD 1 juta, atau hampir Rp 10 miliar.
Kisaran angka itulah yang dijadikan acuan Jawai, andai belum mampu melanjutkan karir di NBA. “Saya juga melihat situasi di Eropa. Ada beberapa klub yang mau mengontrak saya di sana. Yang paling serius tim di Milan (Italia, Red),” ungkapnya saat berbincang santai dengan harian ini. “Tapi saya baru mau bergabung kalau permintaan bayaran saya dipenuhi. Saya minta gaji USD 90 ribu (lebih dari Rp 800 juta, Red) sebulan,” tambahnya.
Pada 1 Juli nanti, sejumlah bintang terbesar NBA bakal mencuri headline karena juga memburu kontrak baru yang bernilai maksimal. LeBron James, Dwyane Wade, Chris Bosh, dan lain-lain akan bisa memilih-milih tim, dan semua mau membayar Rp 200 miliar semusim.
Pada masa yang sama, Mills dan Jawai juga menantikan kontrak baru. Nilainya jauh di bawah para superstar, tapi yang terpenting bukan itu. Yang terpenting adalah melanjutkan mimpi dan bermain di NBA. (*)