Post by redhot on Mar 27, 2011 9:59:03 GMT -5
CLS Kompak, Winar Janji Tambah Koleksi
Saat Pelatih Tim NBL Memakai Batik
Pemakaian dresscode dalam National Basketball League (NBL) 2010–2011 mulai diujicobakan di Preseason Tournament pada 7–15 Juli di GOR Bimasakti, Malang. Kemarin (9/7), karena Jumat, para pelatih dan ofisial tidak memakai jas, melainkan batik.
Manajer dan staf pelatih CLS Knights Surabaya kompak memakai batik berwarna hijau. Pelatih kepala W. Amran dan Operation Manager Simon Wong tampak keren dan berwibawa dengan batik senada saat CLS menghadapi Muba Hangtuah IM Sumsel.
Memang PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia selaku pengelola NBL mewajibkan pelatih dan ofisial mengenakan batik setiap Jumat saat dihelatnya musim perdana kompetisi 2010–2011. Pemakaian dresscode itu mulai diujicobakan dalam Preseason Tournament pada 7–15 Juli di GOR Bimasakti, Malang.
Dalam aturan baru tersebut, selain Jumat, setiap pelatih dan ofisial tim yang bertanding wajib mengenakan kemeja berlengan panjang, dasi, jas, celana kain, serta pantofel. Aturan sama berlaku untuk pemain yang tidak bertanding tapi duduk di kawasan bench. Mereka diwajibkan memakai polo shirt, celana panjang, dan sepatu. Polo shirt pun harus dimasukkan rapi.
Amran menyambut positif penggunaan batik. Sebab, pemakaian batik bisa meningkatkan rasa nasionalisme. Menurut dia, batik merupakan aset bangsa yang harus dipertahankan.
”Kalau perlu, pada dada kostum setiap pemain ada lambang bendera merah putih. Itu juga bisa membangkitkan nasionalisme,” papar dia.
Namun, Amran agak mengkritisi pemakaian batik berlengan panjang. Dia menilai lengan panjang kurang sporty. Dia berharap peraturan pemakaian batik fleksibel, yakni boleh menggunakan yang berlengan pendek.
”Kalau begitu, kesannya formal. Pakai lengan pendek tentu lebih bagus,” jelasnya.
Sementara itu, pelatih Garuda Flexi Bandung Johanis Winar mengatakan bahwa pemakaian batik sangat baik. Kalau perlu, tambah dia, dalam semua pertandingan, pelatih terus menggunakan batik. Batik, tambah dia, bisa lebih menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Terutama kala tim Indonesia berlaga di level internasional. ”Kita harus melestarikan batik. Apalagi, tahu sendiri, aset itu hendak diambil orang lain,” lanjut Winar, sapaan karibnya.
Mantan pelatih Stadium Jakarta tersebut menuturkan saat ini hanya memiliki dua koleksi batik. Namun, koleksi itu otomatis bertambah jika Garuda masuk ke kompetisi reguler. Sebab, akan ada banyak hari Jumat yang dilewati Garuda.
Pada bagian lain, penonton di GOR Bimasakti juga menyambut baik pelatih dan ofisial tim yang mengenakan batik. Antok Hermawan, warga Blimbing, Malang, salah seorangnya. Menurut dia, para pelatih sangat rapi saat memakai batik.
Antok sangat salut dengan kebijakan NBL dalam menerapkan aturan tersebut. Bagi dia, hal itu membuat batik semakin populer dan diterima semua kalangan. (nur/c11/diq)