Post by redhot on Mar 27, 2011 21:52:06 GMT -5
Perbaiki Stamina supaya Lebih Konsentrasi
Tingkatkan Kualitas Wasit lewat National Referee Camp
Agenda hari ketiga National Referee Camp 2010 sangat berat dan padat. Selain mengikuti materi kelas, para wasit mengikuti tes fisik dan mewasiti pertandingan sesungguhnya.
Peserta National Referee Camp (NRC) 2010 mendapatkan serangkaian ma teri yang berat dan beragam pada hari ketiga kemarin (28/9). Sejak pukul 09.00, 32 wasit yang ikut dalam even itu harus mengikuti physical fitness test di Gedung DBL Arena Surabaya. Mereka harus berlari sejauh 20 meter bolak-balik.
Menurut standar FIBA, seorang wasit minimal harus berlari 86 kali bolak-balik. Seluruh peserta terlihat mati-matian memenuhi standar tersebut. Ada beberapa peserta yang bisa melebihi standar tersebut. Namun, ada juga yang gagal. Peserta asal Jawa Timur Johan Christiana adalah salah seorang yang sukses melalui tes itu dengan baik. Dia memang sudah berpengalaman mengikuti tes ter sebut karena berstatus peserta penyegaran wasit lisensi A.
”Saya juga mempersiapkan fisik sejak bulan puasa lalu. Hasilnya bisa dilihat sendiri,” kata Johan lantas tersenyum lebar. Bagi peserta yang mengikuti pentaran untuk promosi dari lisensi B1 ke A, atau A ke lisensi FIBA, physical fitness test adalah merupakan salah satu syarat penting kelulusan. Sedangkan 14 sisanya yang me rupakan pengawas pertandingan tidak diwajibkan ikut physical fitness test.
Menurut penatar PB Perbasi Harja Jaladri, fisik merupakan elemen penting yang harus dimiliki wasit. Ketahanan fisik sangat berkaitan dengan konsentrasi. Kalau fisik drop, fokus akan turun dan memengaruhi keputusan-keputusan yang diambil. Harja menambahkan, fisik yang kuat harus diimbangi dengan pengetahuan yang mendalam. Karena itu, mulai kemarin Harja memaparkan materi soal peraturan FIBA 2010 di dalam kelas ruang Metropolis Room 1 Gedung Graha Pena.
Harja membagi kelas itu dalam dua sesi, untuk memudahkan pemaparan peraturan FIBA terbaru yang menggantikan aturan 2008. Beberapa pengetahuan yang paling fundamental adalah soal perubahan lapangan basket dan perubahan seragam. ”Ada pula peraturan baru soal bola masuk atau tidak masuk. Lalu, ada aturan soal throw in dan eight seconds. Itu beberapa poin yang penting,” tutur Harja.
Selanjutnya, dalam even yang dihelat PT DetEksi Basket Lintas (PT DBL) selaku penyelenggara kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia dan kompetisi profesional tertinggi tanah air National Basketball League (NBL) Indonesia dan PB Perbasi itu, camper juga praktik kelapangan. Mereka adalah 24 wasit yang mengikuti penataran untuk peningkatan lisensi.
Mereka terdiri atas sembilan wasit lisensi A yang berpeluang mengikuti se leksi ke FIBA Asia. Selain itu, ada 14 wasit yang mengikuti penataran dari lisensi B1 ke A. Plus satu wasit yang sudah berlisensi FIBA Asia. Mereka turun untuk mewasiti pertandingan tim Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melawan Universitas Airlangga (Unair).
Kinerja 24 wasit dalam pertandingan itu dinilai oleh Harja dan penatar PB Perbasi lainnya, Edy Soeprayitno. Dalam satu kuarter, ada tiga wasit yang turun. Dalam pertandingan perdana, Unair mengatasi Unesa 65-40. Pada pertandingan kedua Unair menye rah kepada Unesa 46-40. ”Hasil penilaian ini akan kami jadikan per timbangan lulus atau tidaknya para wasit,’’ jelas Harja. (nur/c8/ang)