Post by redhot on Mar 27, 2011 21:53:27 GMT -5
Dua Terbaik Berhak ke Singapura
Tingkatkan Kualitas Wasit lewat National Referee Camp
PELAKSANAAN National Referee Camp (NRC) memasuki babak akhir. Kemarin sejumlah tes dilakukan. Hari ini akan ditentukan siapa saja wasit yang lulus dan bisa menggapai jenjang lisensi setingkat di atasnya. Pada hari keempat NRC kemarin, pemberian materi terkesan tidak seberat sehari sebelumnya.
Pada awal acara, penatar PB Perbasi Harja Jaladri dan Edy Soeprayitno memberikan materi soal aturan 3 on 3 kepada 46 peserta. Mereka terbagi atas 14 wasit lisensi B1 yang ikut penataran agar bisa promosi menjadi lisensi A. Ada juga 9 wasit lisensi A yang ikut penataran agar bisa mendapatkan kesempatan ikut penataran lisensi FIBA. Even edisi kedua itu juga diikuti 14 pengawas pertandingan yang mengikuti penyegaran dan penataran. Sisanya, 1 lisensi FIBA, 6 wasit lisensi A, dan 2 wasit lisensi B1, mengikuti penyegaran.
Selain pertandingan basket pada umumnya, pertandingan 3 on 3 juga dianggap penting. Sebab, cukup banyak even laga tiga lawan tiga di Indonesia. Perbasi juga tidak jarang menyelenggarakan pertandingan itu. Bahkan, juga terdapat piala dunia even tersebut. Pemberian materi 3 on 3 sangat santai dan kadang disertai canda tawa peserta. Namun, keadaan berubah menjadi tegang saat 9 wasit berlisensi A melakukan serangkaian tes. Pertama, mereka melakukan sesi wawancara berbahasa Inggris di Kantor PT DetEksi Basket Lintas (PT DBL) lantai ke- 20 Graha Pena Surabaya.
Setelah melakukan wawancara, mereka bersama 14 wasit lisensi B1 harus menjalani tes tulis. Wasit lisensi A menjalani tes peraturan FIBA 2010 berbahasa Inggris. Sedangkan wasit B1 diuji soal peraturan FIBA 2008. Sebanyak 25 persen soal itu berbahasa Inggris. Wawancara bahasa Inggris yang diikuti 9 wasit lisensi A tersebut sangat penting. Sebab, itu sangat berpengaruh bagi mereka untuk memperebutkan dua tiket mengikuti penataran FIBA Asia di Singapura Desember mendatang.
Tahun ini, Indonesia hanya mendapatkan dua kuota itu. Sedangkan bagi wasit B1, tes tulis sangat penting. Sebab, tes tersebut merupakan faktor penentu bisa tidaknya mereka mendapatkan lisensi A. Kalau tidak lulus, mereka harus mengulang tahun depan.
Wasit berlisensi A asal DKI Jakarta Iswahrul mengatakan sangat tegang saat mengikuti dua tes itu. Sebab, sejak memutuskan menjadi wasit sekitar 7 tahun lalu, kesempatan naik jenjang ke FIBA merupakan salah satu hal yang dia tunggu. Apalagi kalau lolos, dia akan mendapatkan kesempatan mendapatkan penataran di Singapura. ’’Saya sangat mencintai basket. Saya menikmati pekerjaan ini. Kalau mendapatkan kesempatan naik lisensi, tentu saja akan sangat gembira,’’ kata wasit kelahiran 18 Agustus 1977 tersebut.
Harja Jaladri mengatakan, ada tiga faktor yang menentukan lolos atau tidaknya seorang wasit ke level yang lebih tinggi. Ketiga faktor itu adalah lulus teori, fisik, dan praktik di lapangan. Menurut standar FIBA, wasit lolos fisik kalau bisa berlari 86 kali bolakbalik sepanjang 20 meter.Di sisi lain, wasit yang dinyatakan lulus adalah yang mampu mengerjakan 80 persen ujian praktik dan teori. ’’Itu sebuah syarat yang mutlak dan tidak bisa ditawar.
Untuk soal-soal yang diujikan, kami membu tnya semirip mungkin dengan standar FIBA,’’ kata Harja kemarin.Dia menambahkan, selain itu, faktor penguasaan bahasa Inggris bagi wasit pemegang lisensi A yang akan promosi menuju lisensi FIBA juga sangat penting. ’’Sebab, dalam penataran FIBA Asia, bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris. Kalau memimpin pertandingan internasional, bahasa Inggris juga yang akan digunakan,’’ jelasnya. ’’Kita lihat saja siapa yang promisi dan lulus besok (hari ini, Red),’’ kata pria asal Cirebon tersebut. (nur/c3/ang)