Post by redhot on Mar 27, 2011 21:55:59 GMT -5
Diharapkan Bisa Bawa Pulang Lisensi FIBA dari Singapura
Tingkatkan Kualitas Wasit lewat National Referee Camp
DUA wasit lisensi A asal DKI Jakarta Donald Francis Quinn dan Ilham Burhanudin memiliki tugas berat. Pada Desember mendatang, Donald dan Ilham mengikuti penataran wasit lisensi FIBA di Singapura. Mereka mendapatkan tiket ke Singapura via NRC 2010. Mereka adalah lulusan terbaik dalam even itu. Donald dan Ilham sangat diharapkan untuk bisa membawa pulang lisensi FIBA dari Singapura. Kalau berhasil, dua orang tersebut akan semakin memperbanyak wasit lisensi FIBA Indonesia yang saat ini jumlahnya sangat minim.
Ketua III PB Perbasi Julisa M. Rastafari mengatakan, saat ini Indonesia hanya memiliki tujuh wasit berlisensi FIBA. Mereka bisa memimpin pertandingan basket level internasional, terutama Asia dan Asia Tenggara.
Sebetulnya, Indonesia memiliki sembilan wasit. Namun, beberapa waktu lalu, dua wasit tidak lulus dalam tes penyegaran yang diadakan FIBA Asia. Diharapkan, dalam penataran dan penyegaran wasit lisensi A dan FIBA, empat wasit itu lulus. ’’Sehingga kami memiliki sebelas wasit yang bisa memimpin laga internasional,’’ kata Julisa.
Donald dan Ilham yang menyingkirkan delapan pesaingnya dalam NRC sadar dengan beban berat tersebut. Mereka berjanji akan sekuat tenaga memenuhi ekspektasi PB Perbasi. Apalagi, PT DBL Indonesia, selaku penyelenggara kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia, DBL, dan pengelola liga profesional tertinggi tanah air, National Basketball League (NBL) Indonesia, memfasilitasi penuh keberangkatan mereka.
Donald berjanji bekerja keras selama di Singapura. Waktu dua bulan lebih yang dimiliki sebelum penataran akan dimanfaatkan sebaik-baik nya. Di antaranya, memperbaiki tiga elemen penting yang menjadi intisari penataran, yakni tes fisik, ujian praktik, dan teorisasi. Selain itu, wasit 30 tahun tersebut akan berusaha memperbaiki bahasa Inggris-nya agar lancar. Sebab, bahasa pengantar ujian teori dan praktik memang bahasa Inggris. ’’Hal lain mungkin memperbaiki kondisi fisik. Terus terang dalam tes fisik, saya merasa agak grogi. Dalam dua bulan ini, semoga fisik saya tidak menjadi masalah. Sebab, kalau sudah tidak lolos tes fisik, saya pasti gugur,’’ ucap wasit yang menempati peringkat pertama pe nataran lisensi ANRC 2010 tersebut. Tes fisik wasit standar FIBA memang berat. Seorang wasit harus berlari bolak-balik 86 kali sepanjang 20 meter.
Ilham menambahkan, kesempatan untuk bisa mengikuti penataran adalah hal yang sangat berharga. Bahkan, lanjut Ilham, itu seperti mimpi saja. Untuk ukuran wasit, usianya memang sudah tidak muda lagi. Pada 5 Oktober mendatang, Ilham berusia 34 tahun. ’’Tentu saya akan mati-matian. Beberapa kekurangan saya, seperti pemahaman teori, akan saya perbaiki. Teori yang diujikan adalah peraturan baru FIBA 2010. Saya tidak boleh melakukan kesalahan. Kalau masalah fisik, bagi saya, sudah lewat itu,’’ lanjut Ilham lantas tertawa lebar.
Penatar PB Perbasi dalam NRC Harja Jaladri menuturkan, tugas dua orang tersebut untuk mendapatkan lisensi A memang berat. Namun, itu tidak mustahil. Kalau bekerja keras untuk memperbaiki kondisi fisik, teori, serta praktik, mereka bisa lulus. Pria asal Cirebon itu menegaskan, dirinya akan menyediakan diri sebagai mentor bagi Donald dan Ilham dalam waktu lebih dari dua bulan mendatang. ’’Ini sudah tugas saya. Saya juga merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membantu kelulusan mereka,’’ jelasnya.
Dalam NRC 2010, Harja bekerja bersama penatar PB Perbasi lain, Edy Soeprayitno. NRC 2010 berlangsung empat hari, 26–30 September. Even itu diikuti 46 wasit dan pengawas pertandingan. Selain penataran untuk wasit lisensi A yang berjumlah sepuluh orang, ada penataran wasit B1 (14 orang). Ada pula penyegaran kepada enam wasit lisensi A dan dua B1. Di sisi lain, ada sembilan PP yang mendapatkan penataran dan lima PP yang memperoleh penataran. (nur/c7/diq)