Post by redhot on Mar 27, 2011 22:41:49 GMT -5
Biasa Main di Lapangan Kampung, Canggung Tampil di DBL Arena
Tri Hartanto, Anak Petani yang Jadi Andalan Satya Wacana Angsapura Salatiga
Satya Wacana Angsapura Salatiga merupakan tim dengan ratarata pemain termuda di National Basketball League (NBL) Indonesia 2010–2011. Pemain tertua di tim itu adalah guard merangkap kapten tim Jerry Lolowang yang berusia 24 tahun. Selain masih muda, latar belakang para pemainnya beragam. Salah satunya adalah Tri Hartanto.
Center Satya Wacana Angsapura Salatiga Tri Hartanto terlihat menonjol di lapangan saat bertanding melawan Nuvo CLS Knights Surabaya Senin (18/10). Dengan tinggi 198 cm dan berat 102 kilogram, badan Tri menjadi salah satu yang paling besar. Dia makin terlihat sangar karena gaya bermainnya keras dan ngotot. Sayang, meski sudah bermain habis-habisan, Tri tak mampu menyelamatkan Angsapura dari kekalahan. Mereka kalah dengan skor telak 42-94.
Penampilan Tri kurang maksimal dalam laga tersebut. Bermain 17 menit lebih 36 detik, Tri hanya bisa mendonasikan dua poin bagi timnya. Itu mengulang hasil buruk sebelumnya saat Angsapura dikalahkan Dell Aspac Jakarta 72- 102. Dalam laga tersebut, Tri juga hanya bisa mencetak dua angka dan empat rebound.
”Memang tim kami sangat muda. Saya saja masih baru bermain basket, baru 2,5 ta hun ini. Jadi, masih harus bekerja keras dan latihan sungguh-sungguh untuk bisa meningkatkan performa permainan,” kata Tri (20/10).
Tri mengakui, jalannya untuk tampil di NBL bisa disebut karbitan. Sebab, meski usianya sudah 21 tahun (lahir 23 september 1989), dia baru bermain basket secara teratur sekitar 2,5 tahun. Beda dengan pemain-pemain lain yang berlatih basket sejak masih anak-anak.
Basket kurang populer di daerah asal Tri, Kelurahan Pulisen, Boyolali, Jawa Tengah. Seperti kebanyakan pemuda di sana, pada awalnya dia bermain voli. Bagi Tri yang merupakan anak petani yang memiliki sawah hanya 600 meter persegi, olahraga voli relatif murah untuk digeluti. Sebab, dengan sawah yang tidak luas itu, ayah Tri harus menghidup lima anak
Namun, orientasi Tri dalam menyalurkan hobi olahraga berubah saat menginjak tahun terakhir di SMK Negeri 1 Mojosongo, Boyolali, pada akhir 2008. Atas arahan salah seorang guru olahraga di sana, dia mencoba untuk bermain basket di beberapa klub lokal di daerahnya.
Setelah itu, seorang pelatih asal Semarang bernama Salafi mencium bakat terpendam Tri. Dia mengajaknya untuk masuk ke klub bernama Bintang Terang Semarang.
Sayang, tim tersebut kemudian bubar. Hingga akhirnya, Salafi merekomendasikan Tri kepada pelatih Angsapura Danny Kosasih. Tri setuju bergabung. Pria kelahiran 23 September itu akhirnya masuk ke Univeritas Kristen Satya Wacana Salatiga. ”Kini, saya sangat nyaman di basket daripada dulu. Namun, kami perlu kerja keras dan usaha yang besar untuk bisa mengarungi persaingan di NBL ini,” katanya.
Danny menyebut, Tri adalah salah seorang pemain paling berbakat yang dimiliki Angsapura. Bersama Respati Ragil Pamungkas, Luth fianes Gunawan, dan Valentino Wuwungan, mereka sudah dibeli klub raksasa Pelita Jaya (PJ) Esia Jakarta. Namun, selama masih kuliah di Satya Wacana, mereka akan terus membela Angsapura.
”Saya tidak mau kalau sekarang pindah. Pokoknya, mereka harus S-1 dulu. Saat ini, semua tanggung jawab saya semua. Saya berprinsip agar mereka bisa menyelesaikan sekolahnya. Omong kosong kalau ada klub yang menjanjikan ini itu saat mereka masih sangat muda,” kata Danny.
Dia menambahkan, mendidik Tri bukanlah perkara gampang. Itu tidak lepas dari asal-usulnya yang dari desa. Yang terberat adalah mengubah cara pandang atau mindset bermain basket. Tidak hanya cara bertanding, tetapi juga mempersiapkan diri untuk mencapai performa baik di lapangan.
”Saya nemu dia dari desa. Mulai dari nol, kami sama-sama mengajari dia main basket. Jadi, maklum kalau mereka gelagapan saat pertama main di lapangan bagus seperti DBL Arena di NBL ini. Sebab, sebelumnya memang di lapangan-lapangan kampung saja,” katanya. Danny tidak muluk-muluk dalam musim perdana NBL Indonesia ini. Bersama pasukan mudanya, mereka hanya mematok tiga sampai empat kemenangan dalam satu musim. (c6/ang)